Arca-arca Budha di Candi Borobudur sekilas terlihat sama. Perbedaannya ada pada sikap tangan atau mudra. Perbadaan sikap ini juga yang membedakan penempatan arca Buddha di seantero bangunan candi.
Namun dari seluruh arca Buddha yang ada di Candi Borobudur – kurang lebih 460 arca, 300-an diantaranya dalam kondisi rusak atau tidak lengkap – selain sikap tangan, bagian lainnya adalah serupa. Tubuh atau badan arca arca ini berpostur sedang, tidak kurus tidak gemuk, tidak pula berotot tetapi juga tidak memperlihatkan kerapuhan. Secara umum postur tubuh arca Buddha di Candi Borobudur mengesankan tubuh yang sehat.
Semua arca Buddha di Candi Borobudur berada dalam posisi duduk bersila. Sikap duduk ini disebut sebagai posisi lotus (teratai), dan dinamakan padmasana. Kaki kanan ditumpangkan pada kaki kiri, telapak kaki menghadap ke atas . Sikap badan, bahu, dada, dan kepala lurus, tidak membungkuk, tidak menunduk. Tegap tetapi tidak berkesan perkasa. Malah kalau sekaligus memperhatikan raut mukanya, arca-arca Buddha di Candi Borobudur ini mengesankan seseorang yang dalam keadaan relaks. Postur, gestur, raut wajah yang ditampilkan adalah sikap bermeditasi. Arca-arca Buddha di Candi Borobudur menunjukkan seseorang yang sedang beryoga.
Kesamaan-kesamaan lainnya pada arca-arca Buddha di Candi Borobudur adalah:
- Rambut Sang Buddha keriting dan arah lingkar ikalnya searah jarum jam.
- Buddha menyanggul rambutnya di bagian atas kepala. dinamakan ushnisa.
- Pada bagian tengah dahi dekat alis mata terdapat tonjolan kecil. Disebut urna.
- Mata Buddha digambarkan setengah terpejam dan fokus melihat ke arah ujung hidung. Ini melambangkan orang yang sedang berkonsentrasi melakukan yoga.
- Bibir arca Buddha mengesankan sedang tersenyum.
- Arca Buddha memiliki cuping telinga yang panjang menjuntai. Menggambaran Buddha adalah maha mendengar.
- Leher Sang Budha memilik garis-garis sebanyak tiga buah. Melambangkan kesabaran dan juga sebagai manusia sempurna.
Arca-arca Buddha di Candi Borobudur semuanya memperlihatkan Sang Buddha hanya memakai jubah. Jubah itu pun di bagian atasnya hanya menutupi dada bagian kiri. Dada bagian kanan dibiarkan terbuka, walapun detil pahatan dada bagian kanan tetap ditampilkan. Pemakaian jubah ini menandakan sikap Buddha yang telah meninggalkan hal-hal keduniawian.
0 komentar:
Posting Komentar